Senin, 05 Desember 2016

Gravitasi

Purnama-purnama berlalu mengintai malam tanpa pura-pura
Setiap kota ataupun desa itu, malam cerah karena lampu
Mereka gigit sendiri rayuannya akibat marah yang membara
Di mata api menguap menakutkan,sedangkan di hati, nafsu menolak mundur

Kadang teori gravitasi sangat membosankan
Sejauh kita lempar, tetap akan jatuh ke bawah
Ketika hati jatuh karena indahnya mata memandang
Gravitasi ogah pengaruhi nafsu agar jatuh menolak hasrat

Memang lucu, akal berfikir demikian begitu
Seketika ilmiah hilang dalam filosofi cinta
Tak punya struktur seperti kita menulis skripsi
Yang bagiku rumit cuma sekedar merumuskan masalah utamanya

Jalan-jalan terang tak semestinya susah
Sebab gelap memeluk bahaya tanpa duga
Ada derita mengiringi kisah pemuda malang
Juga ada susah yang dibawa oleh pemuda matang

Sayang sekali, manusia menolak jujur cuma karena cinta
Jujur untuk tidak buat kisah cinta palsu
Yang dihiasi nafsu yang sewaktu-waktu meledak
Melenyapkan bangunan dengan sihir sihir penipu, ABRAKADABRA !!!
TUTUP AKHIR USIA SETIA


Karena gravitasi jelas memiliki hukum
Saat massa beban tak mampu ditopang udara
Mereka jatuh ke tanah tanpa ragu
Jatuh, terserah di mana gravitasi membawamu.
Share:

Rabu, 10 April 2013

Sekolah 2 Tingkat

Oleh : Ilyas Yusuf
Semua anak memiliki kebahagiaan

Semua ingin bercerita tentang kemesraan,

………………persahabatan,

……………… dan impian-impian



Aku yang ada dalam pemaknaan itu

Sebagai anak yang penakut

Sering-sering menyendiri dan bertanya dalam hati

Kenapa temanku hanya itu-itu saja



Angan terbang menjelajahi dunia yang maya

Susah untuk mengungkap apa yang terjadi esok

Susah mengenang apa yang terjadi kemarin

Kalau itu menurutmu, semua akan menjadi kerdil



Seseorang menggunakan dirinya sebagai umpan

Umpan berisi kenangan dan khayalan

Apa yang terjadi esok dan kemarin

Adalah nikmat bertahta penyamaran



Setiap pengkhayal memilki cerita yang beda

Aku memberikan mereka jari telunjuk

Bukan  memberi mereka peringatan

Tetapi, mengapa Ia begitu sempurna menunjuk ?



Yang menguasai waktu, yang menyempuranakan hidup

Aku belajar hal yang berbeda di sana

Menyendiri adalah pelajaran yang pasti

Mengarahkan telunjuk ke sana, ke sana, ke sini



Di sekolah dua tingkat itu

Sebagian menganggapnya memiliki 2 lantai

Yang menguasai waktu, Yang menyempurnakan perangai

Bahwa sekolah itu adalah bukit yang bertingkat



Bahagialah kesempuranaan yang dirasa

Orang kurang pun mampu menjadi kaya

Orang lebih pun mampu menjadi kaya

Orang yakin pada tuhan, itu cinta yang tiada dua






Share:

Rabu, 06 Maret 2013

Pengaji Tangguh


Oleh : Ilyas Yusuf

Kala pusat rohaniah mengisyaratkan ketangguhan
Dan jasmaniah tergerak menjalaninya
Aku kembali akan bercerita
Tentang kisah-kisah kenangan

Sekawan cilik yang waktu itu ku ceritakan
Kembali menggeliat menantang alam
Kali ini, bukan tentang kekuatan jasmani
Tetapi, tentang ketangguhan rohani

Sama seperti kehidupan bocah desa lainnya
Habis malam terbitlah pagi, begitulah jua
Habis sekolah di waktu pagi
Lalu berangkat mengaji setelahnya

Hmm…!!!
Yang teringat waktu lalu
Banyak tantangan yang menghadang laju
Hewan pemburu penakut, dan
Si kerbau yang setengah gila

Dan teringat juga waktu lalu
Sekawan cilik sesekali berjalan berlari
Di bawah terik matahari atau guyuran hujan
Sambil agak berlari, dan berlomba sepeda

Jarak hanya bisa menjadi tantangan
Waktu mungkin mengiramakan kejadian
Yang telah menua telah terjadi
Mungkin membusuk, atau  terkenang mewangi

Dan yang teringat juga waktu lalu
Mereka melihat pohon yang berbuah
Memetik dengan sukarela, padahal milik Pak Tua
Mereka berucap “Perutku mencekam memaksa”

Pengaji tangguh,
Bukan makna sesungguhnya
Bacaan yang fasih atau dalil yang sempurna
Namun, karena kencangnya berlari ria
Melawan hewan pemburu penakut
Memaki kerbau yang setengah gila
Menempuh jarak yang menguras  otot
Bersepeda dengan tiga pengendara
Apalagi perut yang sering mencekam
Itu adalah pengaji tangguh

Ini sedikit cerita yang teringat
Meraih masa lalu ternyata lebih sulit
Karena “lalu” tak bisa diperbaiki
Tetapi “lalu” dapat dipelajari
Share:

Sekawan Cilik Melangkah






Oleh : Ilyas yusuf

Aku mulai menulis sesuatu hal yang lama
Cerita pelipur lara yang ku anggap telah tua
Jika saja cerita ini manusia
Umur mungkin berucap “ Aku Menua ”

Waktu itu pagi menjemput raga
Terbangun maya lalu berucap “ Selamat Pagi Dunia ”
Aku terbangun untuk merangkak lalu berlari
Mencari kesetiaan alam tersenyum pada kami

Lalu terdengar bunyi di kejauhan
Aku dipanggil seraya melangkah dengan sigap
Aku pergi dahulu, KESANA !
Aku pergi dahulu,dan tertawa sekali merana

Dan sekawan cilik bertemu di perantauan
Atau yang kami sebut sebagai pengabdian
Lalu bersama melangkah ceria
Menulis cerita tentang sekawan cilik melangkah


Sekawan cilik…
Aku dan mereka
Bersama dalam bagian cerita
Berjalan lalu berlari dan berjalan kembali
Lalu terlukis jejak di pena pasir

Melalui rentetan kisah di keabadian
Belantara pekat, hewan pemburu penakut, dan lalu kegelapan malam
Sekawan cilik melangkah
Berburu angan yang kami sebut di perantauan

Jika umur telah berucap “ Aku mulai menua ”
Dan waktu memberi batas kedamaian
Sekawan cilik, Aku dan mereka
Melangkah, berjalan, berlari, lalu bersepeda bersama

Yang kami sebut itu
Adalah tentang waktu yang memberi batas
Tentang cerita yang tergantung di keabadian
Namun perantauan tetap menyetia

Jika burung telah bersarang di aviari
Dan tulisan kekal di kameo
Maka sekawan cilik, Aku dan mereka
Akan melangkah bersama

Dalam jejak-jejak cerita lama
Telah ku sampaikan sedikit yang terjaga
Bahwa sekawan cilik itu adalah
Penari di esok hari…..!

Share:

Selasa, 05 Maret 2013

Perasaan Terdalam


 Oleh : Ilyas Yusuf

Jika hari ini Aku siap mati
Ku serahkan yang ada
Ku serahkan yang tersisa
Biar jalan tak tersendat karena punah

Aku menanti lembaran baru bahagia
Dan membentuk panorama surya
Tapi aku pula menyapa kebingungan
Mengapa yang terbentuk di depan itu awan kelam ?

Menyapa kebingungan, Ya itu diriku
Di sela keinginan yang mnggema
Aku terlarut dalam angan yang terkenang
Kenangan yang terdalam

Serangkaian perkataan yang rapi
Menerka kejadian dengan pengetahuan
Jika hitam mampu kelam
Aku lebih baik terdiam

Di sini, di lapangan yang luas ini
Terisi beberapa pohon cemara yang mengayun setia
Dengan tegak lalu menggugurkan daunnya yang mati
Baiknya, Aku membuang perasaan yang fana

Saat semua kisah tua mengenggam
Dan kisah baru membentuk ceria
Aku lebih baik merasakan dari dalam
Dan menerima hujan membasahi cita

Aku berpesan pada perasaanku
Bahwa air hanya bertambah saja
Walaupun surya menyinari lama
Lebih baik mendalamkan perasaan saja
Share: